Sirah Nabawi -part 5- Periode dan Tahapan Dakwah

Episode 5.4
Chapter: Periode dan Tahapan Dakwah

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kita lanjutkan sirah nabawi-nya..

Kita bisa membagi masa dakwah Rasululah SAW menjadi 2 periode, yang satu berbeda secara total dengan yang lain, yaitu:

1., Periode Mekkah, berjalan kira-kira selama 13 tahun.

2. Periode Madinah, berjalan selama 10 tahun penuh.

Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan kekhususannya masing-masing, yang satu berbeda dengan yang lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama 2 periode secara mendetail.

Periode Mekkah dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1, Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama 3 tahun

2, Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekkah, yang dimulai sejak tahun ke-4 nubuwah hingga akhir tahun ke-10.

3, Tahapan dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun ke-10 dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.

Sedangkan periode Madinah akan dirinci pada tempatnya di bagian mendatang.

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

*tobecontinued*

kisah ini dalam versi audio mp3 Ceramah oleh ustadz Abi Makki bisa didownload atau streaming dari link :

http://www.4shared.com/mp3/Pa7-tnxR/sirah_nabawi_06_tahun_pertama_.html

Sirah Nabawi -part 5- Cara-cara Turunnya Wahyu

Episode 5.3
Chapter: Cara-cara Turunnya Wahyu

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kita lanjutkan sirah nabawi-nya..

Sebelum kita mulai merinci kehidupan beliau semasa risalah dan nubuwah, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu pembagian-pembagian wahyu, yang merupakan risalah dan batasan-batasan dakwah.

Ibnul-Qayyim berkata menyebutkan tingkatan-tingkatan wahyu, yaitu:

1. Mimpi yang hakiki. Ini merupakan permulaan wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Apa yang disusupkan ke dalam jiwa dan hati beliau, tanpa dilihatnya, sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Ruhul-Qudus menghembuskan ke dalam diriku, bahwa suatu jiwa sama sekali tidak akan mati hingga disempurnakan rezkinya. Maka bertakwalah kepada Allah SWT, baguskanlah dalam meminta, dan janganlah kalian menganggap lamban datangnya rezki, sehingga kalian mencarinya dengan cara mendurhakai Allah SWT, karena apa yang ada di sisi Allah SWT tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan menaati-Nya.”

3. Malaikat muncul di hadapan Rasulullah SAW dalam rupa seorang laki-laki, lalu berbicara dengan beliau hingga beliau bisa menangkap secara langsung apa yang dibicarakannya. Dalam tingkatan ini, kadang-kadang para sahabat juga bisa melihatnya.

4. Wahyu itu datang menyerupai bunyi gemerincing lonceng. Ini merupakan wahyu yang paling berat dan malaikat tidak terlihat oleh pandangan Rasulullah SAW, hingga dahi beliau berkerut mengluarkan keringat sekalipun pada waktu yang sangat dingin, dan hingga hewan tunggangan beliau menderum ke tanah jika beliau sedang menaikinya.

5. Rasulullah SAW bisa melihat malaikat dalam rupa aslinya, lalu menyampaikan wahyu seperti yang dikehendaki Allah SWT kepada beliau. Wahyu seperti ini pernah datang dua kali, sebagaimana yang disebutkan Allah SWT di dalam surat An-Najm.

6. Wahyu yang disampaikan Allah SWT kepada beliau, yaitu di atas lapisan-lapisan langit pada malam Mi’raj, berisi kewajiban sholat dan lain-lainnnya.

7. Allah SWT berfirman secara langsung kepada Rasulullah SAW tanpa menggunakan perantara, sebagaimana Allah SWT berfirman kepada Musa bin Imran. Wahyu semacam ini secara pasti berlaku bagi Musa berdasarkan nash Al-Qur’an dan menurut penuturan beliau dalam hadits tentang Isra’.

Demikianlah uraian singkat tentang tingkatan-tingkatan wahyu.

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

*tobecontinued*

kisah ini dalam versi audio mp3 Ceramah oleh ustadz Abi Makki bisa didownload atau streaming dari link :

http://www.4shared.com/mp3/Pa7-tnxR/sirah_nabawi_06_tahun_pertama_.html

Sirah Nabawi -part 5- Wahyu Kedua, Al-Muddatstsir

Episode 5.2
Chapter: Wahyu Kedua, Al-Muddatstsir

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kita lanjutkan sirah nabawi-nya..

Rasulullah SAW masih berada dalam kebimbangannya, ‘benar tidak ya aku seorang nabi? benar tidak ya aku seorang rasul?’. Hatinya gundah karena wahyu terputus, untuk beberapa lama tidak ada wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Jibril. Beliau termenung sedih, rasa kaget dan bingung melingkupi beliau.

Beberapa kali beliau naik ke Jabal Nur, menunggu-nunggu, akankah Jibril datang kembali, namun tidak. Beliau memanggil-manggil, ‘Jibril.. Jibril..’, namun yang dipanggil tak juga datang. Beliau turun ke bawah, tetap tidak ada.

Beliau dirundung kedukaan seperti halnya diri kita jika sedang berduka. Kenapa berduka?

Karena beliau menyesal, kenapa waktu Jibril datang kemarin, beliau tidak menyambutnya dengan baik.
Waktu Jibril memeluknya, kenapa tidak balas dipeluknya, ‘kenapa aku tidak mengatakan, aku juga rindu kau Jibril?’  Rasulullah SAW merasakan penyesalan yang dalam.

Itulah salah satu hikmah mengapa Allah SWT memutus wahyu dulu.

Maka ketika beliau merasa, “Mungkin gara-gara aku tidak menyambut baik kemarin, maka Allah SWT tidak jadi memilihku sebagai nabi dan rasul,” dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Jibril benar-benar datang lagi untuk kedua kalinya.

Ketika Rasulullah SAW sedang tidur dalam keadaan berselimut, Jibril datang menyampaikan wahyu kedua dari Allah SWT, yaitu surat Al-Muddatstsir ayat 1-7.

(1) Hai orang yang berselimut,

(2) bangunlah, lalu berilah peringatan!

(3) dan Tuhanmu agungkanlah!

(4) dan pakaianmu bersihkanlah,

(5) dan perbuatan dosa tinggalkanlah,

(6) dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

(7) Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Setelah itu, wahyu datang secara berturut-turut.

*tobecontinued*

kisah ini dalam versi audio mp3 Ceramah oleh ustadz Abi Makki bisa didownload atau streaming dari link :

http://www.4shared.com/mp3/Pa7-tnxR/sirah_nabawi_06_tahun_pertama_.html

Sirah Nabawi -part 5- Waraqah bin Naufal

Episode 5.1
Chapter: Waraqah bin Naufal

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kita lanjutkan sirah nabawi-nya..

Pamannya Khadijah yang bernama Waraqah bin Naufal ini adalah seorang nasrani yang tauhid, mengesakan Allah, termasuk orang yang tidak senang pada penyembahan berhala. Umurnya sekitar 100 tahun lebih.

Kata Waraqah sendiri dalam bahasa Arab artinya adalah kertas atau lembaran-lembaran. Jadi kalau kita tanya, ada kertas ga? Dalam bahasa Arab, ada waraqah ga? 🙂

Dan subhanallah, Waraqah ini memang senang sekali mengumpulkan lembaran-lembaran Injil dan Taurat. Tidak ada pekerjaan Waraqah kecuali membaca Injil dan Taurat, sampai hafal luar kepala.

Sesampainya Rasulullah SAW dan Khadijah di rumah Waraqah, berkatalah Khadijah, “Wahai pamanku, ada satu kejadian yang dialami oleh Muhammad. Dengarkanlah kisahnya.”

“Bagaimana kejadiannya? Sampaikan padaku apa yang kau alami,” kata Waraqah.

Lalu Rasulullah SAW menceritakan apa saja yang telah dialaminya. Khadijah sendiri memperhatikan reaksi Waraqah, terkadang Waraqah tersenyum, terkadang kaget, melongo, terkadang tarik nafas dalam-dalam, demikian mimiknya berubah-ubah sepanjang mendengarkan kisah beliau.

“Demikianlah kisahnya,” Rasulullah SAW mengakhiri ceritanya.

Akhirnya, tanpa basa-basi, Waraqah berkata, “Ya Muhammad, anta nabiyyu wa anta khatamul anbiya. Wahai Muhammad, kau ini adalah nabi dan kau ini penutup para nabi.”

Rasulullah SAW kaget, “Aku nabi? Aku yang dipilih oleh Allah SWT? Di antara banyak manusia, aku yang dipilih oleh Allah SWT jadi nabi?”

“Benar. Yang datang kepadamu adalah malaikat Jibril yang juga pernah datang kepada nabi Isa,” lanjut Waraqah.

“Dan kau akan diusir dari kampungmu,” sambung Waraqah.

“Benarkah mereka akan mengusirku?” tanya beliau.

“Benar. Andaikan aku masih hidup pada masa itu nanti dan masih punya kekuatan, aku akan bergabung bersamamu dan aku akan berada di sampingmu, membelamu, membantumu secara sungguh-sungguh,” pungkas Waraqah.

Namun kurang dari 10 hari setelah itu Waraqah wafat. Seolah-olah kematiannya ditunda sampai Waraqah menyampaikan yang diketahuinya tentang kenabian pada Rasulullah SAW.

Ini merupakan bukti yang kuat untuk membantah mereka yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW adalah murid dari Waraqah. Kalau Waraqah masih hidup, maka mereka akan menuduh bahwa wahyu beliau adalah mengambil dari lembaran-lembaran milik Waraqah.

Namun Allah SWT melindungi beliau dari tuduhan itu. Allah SWT mewafatkan Waraqah, sehingga tidak ada celah bagi mereka untuk menuduh bahwa Waraqah adalah gurunya Rasulullah SAW. Subhanallah..

Mengenai Waraqah ini, ada sahabat yang bertanya, apakah Waraqah termasuk muslim atau tidak?

“Aku melihat Waraqah ini di dalam surga,” jawab Rasulullah SAW.

Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, Waraqah kan belum bersyahadat.”

“Tapi dia sudah berniat, ketika dia mengatakan ‘kalau seandainya aku masih hidup dan kuat, aku akan membelamu, membantumu’,” kata beliau.

Subhanallah.. padahal baru niat saja, namun Waraqah sudah dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang masuk surga oleh Allah SWT. Subhanallah.. Luar biasa!

Itulah kelebihan Niat Baik 🙂

Jadi, hikmah dari riwayat ini adalah, banyak-banyaklah berniat baik, karena Allah SWT menerima niat baik, walaupun belum kesampaian, namun niat itu saja sudah diterima oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, “Niat seorang mukmin di atas daripada niat siapapun,” niatnya sudah dihargai, apapun bentuknya, semua niat baik akan sampai pada Allah SWT.

Maka salah satu rahasia suksesnya bisnis/usaha adalah sampaikan dengan niat yang baik, demikian kata para ulama. Misal, dengan niat baik seperti: “Ya Allah, kalau seandainya bisnis ini lancar, saya akan sumbangkan ke fakir miskin,” atau “Ya Allah, kalau seandainya bisnis ini lancar, saya akan membelikan Al Quran untuk masjid,” atau niat baik lainnya.

Waraqah saja bisa masuk surga, “hanya” dengan niat baik. Subhanallah..

*tobecontinued*

kisah ini dalam versi audio mp3 Ceramah oleh ustadz Abi Makki bisa didownload atau streaming dari link :

http://www.4shared.com/mp3/Pa7-tnxR/sirah_nabawi_06_tahun_pertama_.html

From Rasulullah with Love

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Masih dalam rangka memperingati (-bukan merayakan-) hari lahirnya Rasulullah Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal, yang bertepatan dengan hari ini, Kamis (24-Jan-13), maka hari ini adalah chapter spesial, yaitu:

“From Rasulullah With Love”

Ceramah “From Rasulullah With Love” yang disampaikan oleh ustadz Abi Makki adalah untuk menjawab 3 pertanyaan mendasar:

1 Apakah Rasulullah SAW mencintai kita?

2 Bagaimana, seperti apa kita harus mencintai Rasulullah SAW?

3 Mengapa dan apa fungsinya/untungnya kita mencintai Rasulullah SAW?

Jawabannya akan ditemukan dalam ceramah ustadz Abi Makki

–cuplikan salah satu episode Sirah (cerita) Nabawiyah yang dikisahkan oleh ustadz—

Suatu malam, Rasulullah SAW memanggil Abdullah bin Mas’ud

“Ya Abdullah bin Mas’Ud”

“Ada apa ya Rasulullah”

“Tolong kau bacakan beberapa ayat (Al Qur’an) di hadapanku”

“Ya Rasulullah, aku harus baca Al Qur’an sementara Al Qur’an ini diturunkan kepadamu?”

Abdullah bin Mas’Ud ga pede untuk membaca Al Qur’an di hadapan Rasulullah SAW,

secara Rasulullah SAW adalah yang mendapatkan Al Qur’an

“Aku ingin dengar Al Qur’an selain daripada lisanku. Kau bacalah”

Abdullah bin Mas’Ud ini adalah orang yang paling pandai dan suaranya baik ketika membaca Al Qur’an.

“Baik ya Rasulullah. Surat apa?”

“Silakan kau baca surat apa”

Lalu membacalah Abdullah bin Mas’ud.

Dibacanya Surat An Nisa, dari ayat ke-1 dan ayat selanjutnya.

sampaialh pada suatu ayat yang berbunyi, (artinya)

“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)”

(QS An Nisa ayat 41)

Begitu membaca ayat ini, Rasulullah SAW berkata,

“Cukup cukup, jangan diteruskan membacanya. Sudah cukup cukup, berhenti berhenti..”

Abdullah bin Mas’ud mengakhiri bacaannya, begitu melihat wajah Rasulullah SAW,

ternyata Rasulullah SAW sudah berderai air matanya.

Abdullah bin Mas’ud bertanya,

“Apa yang membuat Anda menangis ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW menjawab,

“Bagaimana aku tidak menangis? Al Qur’an yang barusan ini membicarakan tentang aku… tentang bagaimana kelak aku menjadi saksi bagi kalian yang tidak mengakui kekeliruan-kekeliruannya.”

Di situlah Rasulullah SAW tidak pernah nyenyak tertidur, karena ingat akan umatnya

Di situlah Rasulullah SAW setiap sholat, berdoa, “Allahuma ummatii ummatii ummatii..”

“Ya Allah, selamatkanlah umatku, umatku, umatku”

Subhanallah.. Betapa cintanya Rasulullah SAW kepada kita..

Lalu Allah menjawab doa Rasulullah SAW tersebut. Apa jawabannya?

Silakan selengkapnya menyimak dalam rekaman ceramahnya dalam format mp3.

File bisa didownload atau streaming dari 4shared:

http://www.4shared.com/mp3/NMsG9v2V/abi_makki_-_from_rasulullah_wi.html

Semoga bermanfaat 🙂

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Mengenal Kepribadian Rasulullah SAW

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Masih dalam rangka memperingati (-bukan merayakan-) hari lahirnya Rasulullah Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal, yang bertepatan dengan hari Kamis, maka ini adalah chapter spesial, yaitu:

“Mengenal Kepribadian Rasulullah”

Berikut ini akan kami paparkan ringkasan beberapa riwayat yang menjelaskan kemuliaan akhlaq beliau, yang tentunya penjelasan ini pun masih sangat terbatas.

Rasulullah SAW adalah orang yang lembut, murah hati, mampu menguasai diri dan suka memaafkan. Ini semua merupakan sifat-sifat yang diajarkan Allah SWT.

Rasulullah SAW lain daripada yang lain karena kefasihan bicaranya, kejelasan ucapannya, yang selalu disampaikan pada kesempatan yang paling tepat, lancar, jernih kata-katanya, jelas pengucapan dan maknanya, kata-katanya luas maknanya, mengkhususkan pada penekanan-penekanan hukum, mengetahui logat-logat bangsa Arab, berbicara dengan setiap kabilah Arab menurut logat masing-masing, ada kekuatan pola bahasa Badui yang cadas berhimpun pada dirinya, begitu pula kejernihan dan kejelasan cara bicara orang yang sudah beradab, berkat kekuatan yang datang dari Ilahi dan diantarkan lewat wahyu.

Jika Rasulullah SAW harus memilih di antara dua perkara, beliau memilih yang paling mudah di antara keduanya, selagi itu bukan suatu dosa. Jika suatu dosa, maka beliau adalah orang yang paling menjauh darinya. Beliau tidak membalas untuk dirinya sendiri kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Allah, lalu dia membalas karena Allah. Beliau adalah orang yang paling tidak mudah marah dan paling cepat ridha.

Di antara sifat kemurahan hati dan kedermawanan beliau adalah beliau memberikan apapun dan tidak takut menjadi miskin. Tidak pernah beliau dimintai sesuatu, lalu menjawab, ‘Tidak’.

Beliau biasa melaksanakan pekerjaan dengan tangannya sendiri, menambal terompahnya, menjahit bajunya, mencuci pakaiannya dan membereskan urusannya sendiri.

Beliau memiliki keberanian, patriotisme dan kekuatan yang sulit tandingannya. Beliau adalah orang yang paling pemberani, mendatangi tempat-tempat yang sulit. Beliau adalah orang yang tegar, terus maju dan tidak mundur serta tidak gentar. Ali berkata, “Jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya, maka kami berlindung kepada Rasulullah SAW. Tak seorang pun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau.”

Beliau tidak pernah lama memandang ke wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke arah tanah daripada memandang ke arah langit, pandangannya jeli.

Beliau adalah orang yang paling tawadhu’ dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut kedatangannya seperti yang dilakukan terhadap para raja. Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, duduk di tengah para sahabat, sama seperti keadaan mereka.

Beliau adalah orang yang paling aktif memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain, paling bagus pergaulannya, paling lurus akhlaqnya, paling jauh dari akhlaq yang buruk, tidak pernah berbuat kekejian apalagi menganjurkan kekejian, tidak berkata keji, tidak suka mencela, tidak suka mengumpat dan mengutuk, tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa, tetapi memaafkan dan lapang dada, membantu orang yang justru seharusnya membantu beliau, mencintai orang-orang miskin dan suka duduk-duduk bersama mereka, menghadiri jenazah mereka, dan tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya.

Beliau senantiasa gembira, murah hati, lemah lembut, tidak kaku dan keras. Beliau meninggalkan 3 perkara bagi dirinya: Riya’, banyak bicara dan membicarakan sesuatu yang tidak perlu. Beliau meninggalkan manusia dari 3 perkara: tidak mencela seseorang, tidak menghinanya dan tidak mencari-cari kesalahannya. Beliau tidak berbicara kecuali dalam hal-hal yang beliau mengharapkan pahalanya. Beliau tersenyum jika ada sesuatu yang membuat mereka tersenyum, sabar menghadapi kekasaran perkataan orang yang asing.

Beliau adalah orang yang paling mulia di dalam majelisnya. Beliau lebih banyak diam, tidak berbicara yang tidak diperlukan, berpaling dari orang yang berbicara yang tidak baik. Tawanya berupa senyuman, perkataannya terinci, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.

Sifat-sifat yang sudah disebutkan di sini hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat beliau. Secara umum, Rasulullah SAW adalah tempatnya sifat-sifat kesempurnaan. Allah SWT membimbing dan membaguskan bimbingan-Nya, sampai-sampai Allah berfirman dan memuji beliau,

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al Qalam ayat 4)

Sifat-sifat yang sempurna inilah yang membuat jiwa manusia merasa dekat dengan beliau, membuat hati mereka mencintai beliau.

Subhanallah.. Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury

Mengenal Rasulullah SAW Secara Fisik

Rasulullah saw memiliki paras yang indah (ganteng) dan bercahaya. Tidak ada yang mampu menggambarkan wajahnya kecuali membandingkan dengan bulan purnama.

Muhammad SAW

Muhammad SAW

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Karena hari kamis ini kita memperingati (-bukan merayakan-) hari lahirnya Rasulullah Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal, maka ini adalah chapter spesial, yaitu:

“Mengenal Rasulullah Secara Fisik”

Rasulullah Muhammad SAW lain daripada yang lain karena kesempurnaan penciptaan fisik dan akhlak beliau, yang tidak cukup hanya digambarkan dengan kata-kata. Akibatnya, semua hati pasti akan mengagungkan dan menyanjung beliau, yang tidak pernah diberikan kepada selain beliau. Orang-orang yang hidup berdekatan dengan beliau, pasti akan mencintai beliau, tak peduli apapun yang bakal menimpa mereka. Hal ini terjadi karena memang kesempurnaan diri beliau, yang tidak pernah dimiliki siapapun.

Berikut ini akan kami paparkan ringkasan beberapa riwayat yang menjelaskan keindahan dan kesempurnaan fisik beliau, yang tentunya penjelasan ini pun masih sangat terbatas.

Rambut Janggut Rasulullah

Rambut Janggut Rasulullah SAW

Rasulullah SAW adalah orang yang sangat bersih, bagus perawakannya, wajahnya berseri-seri, tampan dan menawan.

Beliau tidak jangkung dan tidak pendek, orang yang perawakannya sedang-sedang, tidak gemuk dan tidak kurus.

Warna kulit beliau putih bersih, tidak coklat, tapi tidak terlalu putih (tidak pucat). Maksud dari putih bersih adalah tidak ada noda kuning atau merah atau juga noda warna-warna lain. Sebagian ada yang mengatakan kulit beliau kemerah-merahan.

Beliau memiliki paras yang rupawan, tampan dan bercahaya. Tidak ada yang mampu menggambarkan wajahnya kecuali membandingkan dengan bulan purnama.

Kulit wajah beliau sangat halus, sehingga ketika marah dan senang sangat terlihat sekali. Jika sedang gembira, wajah beliau berkilau seakan-akan wajah beliau adalah sepotong rembulan. Jika sedang marah, wajah beliau merah, seakan-akan di kedua tulang pipinya terbelah buah delima.

Kening beliau lebar. Lekuk kedua alisnya sangat indah, di antara dua alisnya berkilat bagaikan perak, lebih-lebih ketika tertawa.

Kedua mata beliau sangat hitam, bulu matanya panjang dan lentik.

Hidung beliau tidak mancung dan tidak pesek. Giginya tersusun rapi. Jika tertawa, hanya tersenyum.

Memiliki bibir yang paling indah dan menawan. Pipinya lembut. Kedua rahangnya tidak terlalu panjang dan tidak pula tembem.

Memiliki jenggot yang lebat. Karena beliau sangat suka memelihara jenggot dan menggunting kumis.

Leher beliau sangat indah, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Setiap kali terkena sinar matahari dan hembusan angin, lehernya berkilau seperti perak bercampur emas.

Sandal Rasulullah SAW

Sandal Rasulullah SAW

Memiliki dada yang bidang, tegak bagaikan cermin dan putih bagaikan bulan.

Memiliki punggung yang lebar dan bahu yang bidang. Di antara kedua bahunya terdapat stempel kenabian atau cincin nubuwah (cincin para nabi, tanda kenabian) seperti telur burung merpati, yaitu di sebelah pundaknya yang kanan.

Rambut beliau sangat indah, hitam dan lebat, tidak keriting dan tidak pula lurus, yaitu ikal. Rambut beliau sampai menyentuh pundak, tetapi pendapat yang lebih kuat mengatakan bahwa rambut beliau sampai daun telinga. Uban yang ada di kepala dan jenggot tidak lebih dan kurang dari tujuh belas helai.

Telapak tangan beliau lebar, sangat lembut melebihi lembutnya sutra dan wangi seperti parfum, seakan-akan baru mengeluarkannya dari tempat penyimpanan minyak wangi. Setiap orang yang bersalaman dengannya akan merasakan wanginya sepanjang hari. Apabila tangannya diletakkan di atas kepala anak kecil maka kepala anak itu berbeda dengan kepala anak-anak lainnya karena aroma wangi yang keluar dari kepalanya.

Keringat yang keluar dari wajah beliau bagaikan butir-butir mutiara, wanginya melebihi harum minyak wangi. Beliau tidak melewati suatu jalan lalu seseorang membuntutinya, melainkan orang itu bisa mengetahui bahwa beliau telah lewat, dari keharuman bau keringatnya.

Langkah-langkah kaki beliau lebar dan jalannya tenang. Ketika berjalan, seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun, tegap dan tenang. Tanpa ada kesombongan yang terlihat dari jalannya. Jika menoleh, seluruh badannya ikut menoleh.

Siapapun yang memandang beliau tentu enggan pada beliau. Siapa yang bergaul dengan beliau tentu akan mencintai beliau.

Subhanallah.. Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Sumber: Tazkiyatun Nafs, Sa’id Hawwa dan Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury

Sirah Nabawi -part 4- Dalam Lindungan Nubuwah

Episode 4.8
Chapter: Dalam Lindungan Nubuwah

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kita lanjutkan sirah nabawi-nya..

Setelah mengulang bacaan ayat Al Qur’an yang disampaikan oleh Jibril di gua Hira’ dengan hati yang bergetar, masih diliputi rasa takut dan terkejut, Rasulullah SAW lari turun ke bawah.

Ketika dalam perjalanan turun itulah, didengarnya banyak yang memberi salam pada beliau, “Assalamu’alayka ya Rasulullah..”

Siapa yang memberi salam? Benar, pepohonan, batu, pasir, semua makhluk memberi salam pada Rasulullah SAW. Namun, karena beliau tidak tahu itu, yang beliau lihat adalah di situ tidak nampak orang satupun, maka bertambah takutlah beliau.

Bayangkan saja, kalau kita lagi sendirian di kamar, lalu tiba-tiba ada suara asing memberi salam, sedangkan tidak ada seorangpun di rumah, wajar kalau takut kan? Apalagi kalau tiba-tiba datang makhluk tak dikenal, langsung nanya, “Hei, namamu siapa?” Nama sendiri saja kita bisa lupa saking takut dan terkejutnya, boro-boro bisa menghapal ayat yang disampaikan. Karena mendadak datangnya, dan tidak kenal pula.

Maka seandainya Rasulullah SAW penakut, pasti beliau akan lupa ayat yang disampaikan Jibril, tapi beliau ini cerdas dan pintar. Sehingga dalam keadaan seperti itu saja, beliau dapat menghapal wahyu yang disampaikan, iqro’, bismirobbikalladzi kholaq, dan seterusnya. Subhanallah..

Akhirnya sampailah beliau di rumah. Dengan badan masih gemetar, beliau berkata kepada istrinya, Khadijah, “Selimutilah aku, selimutilah aku! Berikanlah air yang dingin di kepalaku karena aku ini kepanasan.”

Maka beliau diselimuti hingga badan beliau tidak lagi menggigil layaknya terkena demam.

“Aku khawatir terhadap keadaan diriku sendiri,” beliau menceritakan apa yang terjadi di gua Hira’, “Mungkin ada jin atau syetan yang menggangguku?” Itulah kebimbangan yang dirasakan beliau sebagai manusia biasa, subhanallah..

Mungkin bagian inilah yang diadaptasi oleh para penulis cerita fiksi atau film, seperti kisah spiderman atau manusia-manusia super lainnya, setelah mendapat “blessing”, dia bingung, bimbang, tak mengerti, mencari jawaban: Aku ini apa? Aku siapa? Intermezzo saja hehee J

Kembali ke kisah Rasulullah SAW, beliau tidak mengira bahwa beliau-lah yang dipilih Allah SWT menjadi nabi akhir zaman.

Tapi lihatlah peran seorang perempuan shalihah, Siti Khadijah, semoga yang kaum hawa bisa meneladaninya, dalam keadaan suaminya bingung, bimbang, tak yakin dengan dirinya, maka Khadijah tampil meyakinkannya, menyemangatinya dengan menyebutkan kebaikan-kebaikannya.

Khadijah berkata, “Tidak. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena sesungguhnya engkau suka menyambung tali persaudaraan, kau yang selalu menolong orang-orang yang lemah, kau yang selalu memberi makan pada fakir miskin, kau yang selalu menjamu tamu dengan baik dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.” Subhanallah..

Kemudian Khadijah membawa beliau pergi menemui Waraqah bin Naufal.

*tobecontinued*


kisah ini dalam versi audio mp3 Ceramah oleh ustadz Abi Makki bisa didownload atau streaming dari link :

http://www.4shared.com/mp3/Zf13GKLE/Sirah_Nabawi_05_Khodijah_dan_W.html

Sirah Nabawi -part 4- Wahyu Pertama, Iqro’

Episode 4.7
Chapter: Wahyu Pertama, Iqro’

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad..

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kita lanjutkan sirah nabawi-nya..

Di gua Hira’ yang sederhana itulah wahyu Allah SWT turun untuk pertama kalinya.

Di gua Hira’ yang penuh dengan  ketawadhuan itulah tempat sinyal yang kuat antara langit dan bumi.

Di tempat yang tawadhu itulah pertama kalinya cahaya islam berkembang, bukan di istana mewah, bukan di bangunan megah, tapi di tempat yang sederhana, gua Hira’. Subhanallah..

Apa hikmahnya?

Hikmahnya adalah bahwa belajar, mencari ilmu itu tidak harus berada di tempat yang mewah, gedung yang megah, bagus.

Jadi kita tidak usah tergiur dengan fisiknya, bangunannya, ruangannya, asesorisnya, hiasannya, tapi lihatlah isinya.

Iqro’ saja, ayat Al Quran yang pertama kali saja turunnya tidak di istana. Padahal saat itu, banyak tempat-tempat megah, namun Allah SWT tidak menurunkan Al Quran di sana, tetapi hanya di gua sederhana. Lihatlah ke-tawadhu-annya. Subhanallah..

Wahyu yang pertama kali turun adalah 5 ayat pertama surat Al ‘Alaq, yang dimulai dengan kata “Iqro'”, bacalah.

Apa hikmahnya? Kenapa harus iqro -bacalah- yang pertama kali turun?

Mari gunakan hati kita untuk memahami hal ini.

Allah SWT hendak menegaskan bahwa umat Rasulullah SAW adalah umat akhir zaman.

Artinya, sudah bukan masanya mukjizat kehancuran umat, seperti masa nabi Nuh dengan air bah, atau nabi Musa dengan laut yang terbelah, atau nabi Luth dengan hujan batu.

Tapi di masa umat Rasulullah SAW ini seolah-olah Allah SWT menegaskan bahwa mukjizatmu sekarang ini bukan yang begitu lagi, tapi mukjizatmu sekarang ini adalah ilmu, berpikir dengan akal yang dianugerahkan. Subhanallah..

Maka sudah tidak ada lagi penghancuran umat, sehingga wahyu yang pertama kali turun pun adalah iqro’, bacalah.

Wahyu yang pertama kali turun adalah 5 ayat pertama surat Al-Alaq:

(1) Iqro’. Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan,

(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

(3) Iqro’. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah,

(4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam*

(5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

*Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

Subhanallah.. Dalam 5 ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan itu, tersirat bahwa kita harus membaca, belajar, belajar dan belajar. Subhanallah..

Terakhir, yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa sesungguhnya mulai sejak itulah, sejak pertama kali turunnya wahyu, maka mulailah terbukanya hubungan Allah dan Rasulullah SAW. Dalam pengertian lain, mulai ada “benang” penghubung antara langit dan bumi, yaitu dengan wahyu.

Maka setelah itu, malaikat Jibril pun bolak-balik mondar-mandir langit-bumi untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW, selama 23 tahun masa kenabian.

Subhanallah..

*tobecontinued*


kisah ini dalam versi audio mp3 Ceramah oleh ustadz Abi Makki bisa didownload atau streaming dari link :

http://www.4shared.com/mp3/Zf13GKLE/Sirah_Nabawi_05_Khodijah_dan_W.html